Langsung ke konten utama

TUGAS TATTWA lll REFRENSI BUANA KOSA

TUGAS TATTWA lll
REFRENSI BUANA KOSA


OLEH : I WAYAN PURNA IRAWAN
NIM : 13.1.1.1.1.300
NO : 28
PRODI : PAH
FAKULTAS DHARMA ACARYA IHDN DENPASAR

Pendahuluan
Dari sejumlah lontar yang bercorak Siwaistis, Kitab Buana Kosa dipandang sebagai naskah tertua. Naskah ini tergolong dalam “tutur” atau jenis tattwa.  Naskah terdiri dari 11 Patalah (Bab) dengan jumlah Seloka 487 bait, menggunakan bahasa Sanskerta.










Pembahasan
Isi naskah terdiri dari 2 (dua) bagian, bagian pertama berisi tanya jawab antara Srimuni Bhargawa sebagai penanya dengan Bhatara Siwa sebagai narasumber. Percakapannya mengenai Brahma Rahasyam (tentang Tuhan yang sangat rahasia). Bagian kedua berisi percakapan Bhatara Siwa dengan Bhatari Uma dan Sanghyang Kumara. Substansi percakapannya mengenai Jnana Rahasyam (Pengetahuan rahasia).
Sang Hyang Siwa bersemayam di hati semua mahluk, tanpa awal, tanpa pertengahan,  dan tanpa akhir dan kekal berwujud seperti PUSARAN AIR. Sang Hyang Siwa menggerakkan seluruh dunia, baik tumbuh-tumbuhan, maupun binatang, sangat sulit dikenali oleh orang yang tidak berilmu pengetahuan.

Tuhan dalam buana kosa yang disebut param brahma ( Brahman tertinggi yaitu siwa ), wujudnya sebesar ibu jari, tapi sangat gaib dan sangat suci. Hal ini diuraikan dalam Buana kosa, l. 28,  yaitu “ Param brahma maha suksmam,santam parama ninnmalam, wayawa matra sanyasya anggusta parimanatah, hana ta param brahma, nga, sira maha suksmam, santa parama ninnmala sira, sawayawa pramana sangkaring anggusta .“ ( ada yang disebut param brahma, amat gaib dan sangat suci, sangat gaib, wujudnya sebesar ibu jari.)

Dalam ajaran Bhuwana Kosa Tuhan atau sang pencipta disebut Bhatara Siva. Bhatara Siva adalah Maha Esa, tanpa bentuk, tanpa warna, tak terpikirkan, tak tercampur, tak bergerak, tak terbatas, bersemayam dalam hati setiap makhluk, tanpa awal, tanpa pertengahan dan tanpa akhir serta kekal abadi.
Tuhan bersifat immanent dan transcendent. Imanent artinya meresapi segala sesuatu, ada pada segala sesuatu termasuk pikiran dan indrya, dikatakan Sira Vyapaka. Sedangkan bersifat Transendent artinya meliputi segala tetapi berada diluar batas kemampuan pikiran dan indrya manusia. Meskipun Tuhan Imanent dan Transendent tetapi tidak dapat dilihat dengan kasat mata karena Tuhan bersifat abstrak dan sangat rahasia, karena kerahasiaannya itu Tuhan digambarkan seperti dalam api dan kayu, bagaikan minyak dalam santan. Tuhan dinyatakan ada dimana-mana.
Bhatara Siva adalah asal dari segala yang ada, Alam semesta (Bhuwana Agung) dengan segala sinya dan manusia (Bhuwana Alit) adalah ciptaan-Nya. Semua Ciptaan-Nya bersifat wujud maya yang bersifat tidak kekal karena dapat mengalami kehancuran. Pada saat mengalami kehancuran semua ciptaan-Nya itu kembali kepada-Nya karena ia adalah asal dan tujuan semua yang ada ini. Seperti dikatakan dalam Bhuwana Kosa :
“Mijil sakeng sira lina ri sira muwah-datang dariNya (Siva), dan akan kembali pula kepadaNya.” Hal ini berarti, walaupun Bhatara Siva bersifat tak terbatas digambarkan juga secara terbatas, karena itu Ia sering disebut dengan nama yang berbeda-beda seperti Brahma, Wisnu, Iswara, Rudra sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Beberapa petikan mantra dalam Bhuwana Kosa :
* Bhatara Siva Maha gaib, tanpa awal, tanpa pertengahan, tanpa akhir, amat suci:
“Keadaan Sang Hyang Siva berada di hati semua mahluk, tanpa awal, tanpa pertengahan dan tanpa akhir, Keberadaan Beliau kekal berwujud seperti putaran air. Demikianlah beliau tampak oleh Sang Yogiswara.”
* Bhatara Siva sumber segala dan tujuan kembalinya semua yang ada: “Penampakan Bhatara Siva dalam menciptakan dunia ini adalah Brahma, wujudnya waktu memelihara dunia ini adalah Visnu, Rudra wujudnya waktu mempralina dunia ini, demikian ketiga wujudnya namun beda nama.”
* Bhatara Siva bersifat Imanent dan Transendent: “Sang Hyang Siva ada dimana-mana, tetapi sangat halus tidak dapat dibayangkan , beliau bagaikan angkasa tidak terjangkau oleh pikiran dan panca indra.”
* Bhatara Siva ada dimana-mana: “Api ada pada kayu tetapi tidak kelihatan karena sangat halus, itulah ibarat angkasa. Demikianlah Sang Hyang Mahadewa ada pada semua yang berwujud tetapi beliau tidak tampak karena kehalusan Beliau.”

Dalam lontar Bhuwana Kosa, selain menguraikan pengetahuan ajaran suci Siwa, diuraikan juga tingkat-tingkat pelapisan alam dalam bab Brahma Rahasyam (Rahasia Brahma).  Pelapisan alam tersebut berjumlah 15, terdiri dari Bhur Loka, Bhuwah Loka, Swah Loka, Maha Loka, Jana Loka, Tapa Loka, Satya Loka, Siwa Purusa Loka, Siwantara Loka, Kewalya Loka, Siwatma loka, Parama Kewalya Loka, Atyanta Suksma Loka, Nirbana Siwa Loka, dan Parama Nirbana Siwa Loka.  Pada tingkat paling bawah adalah bumi (Bhur Loka), tempat hidupnya manusia. Satu tingkat di atasnya adalah angkasa, alam roh-roh suci (Pitra Loka), di atasnya tempat bersemayam para dewa (Swah Loka), merupakan alam surga (Indra Loka). Ketiga alam ini disebut Tri Loka.  Lapisan alam berikutnya sampai tingkat ke tujuh disebut Sapta Loka. Kelanjutan di atas Tri Loka adalah Maha Loka, tempat bersemayam Yaksa Prajapati, alamn
​jud cahaya yang tak terjangkau panca indra, tak berbuat dan tak dibuat. Satu tingkat di atasnya Satya Loka, bersemayam Rudra dengan alam terang benderang berjiwa suci.  Tingkatan alam berikutnya sampai tingkat ke-15 (Ekadasa Loka) adalah Siwa Purusa Loka, tempat bersemayam Siwa dengan alam hampa terang benderang, terbebas dari suka dan duka.  Lapis selanjutnya tempat persemayaman Siwantara (Siwantara Loka), ruangnya hampa, sangat suci dan terbebas dari suka dan duka. Tingkat berikutnya Kewalya Loka, bersemayam Parama Siwa, alamnya hampa terang benderang, tanpa awal, tanpa pertengahan dan tanpa akhir, serta tak terbayangkan pikiran dan perasaan. Di atasnya adalah alam persemayaman Siwatma (Siwatma Loka), alamnya sangat utama, sangat stabil, tanpa keinginan dan tanpa suka duka. Tingkat berikutnya disebut Parama Kewalya (Parama Kewalya Loka), tempat bersemayam Parama Siwa dan Sada Siwa. Di alam ini semua terbebas dari kelahiran dan kematian.  Lapisan di atasnya adalah tempat bersemayam Atyanta (Atyanta Loka), keadaan alamnya kekal, tanpa awal, tanpa pertengahan dan tanpa akhir. Tingkat berikutnya adalah tempat bersemayam Nirbana Siwa (Nirbana Siwa Loka). Tingkat ke-15 adalah persemayaman Parama Nirbana Siwa (Parama Nirbana Siwa Loka), alam Siwa yang hampa (sunia) dan tenang, sangat mulia tiada tara, maha sempurna. Itulah alam kemoksaan. Di lapisan alam inilah, dengan tingkat spiritual yang tinggi, Dang Hyang Nirartha mampu menyatu, meninggalkan dunia tanpa jasad.  Pada Manusia  Pelapisan alam pada Lontar Bhuwana Kosa juga disebutkan ada dalam diri manusia. Disebutkan dalam Bhuwana Kosa bahwa tiga dunia (Tri Loka) yang berwarna merah, berada di dalam pusar. Maha Loka berwarna tiga (merah, putih, hitam) tempatnya di dalam perut. Jana Loka (Wisnu Loka), bercahaya hitam pekat, tempatnya di hati. Tapa Loka (Brahma Loka) di dada. Satya Loka, merupakan alam Brahma Mantra, tempatnya di pangkal leher.  Alam Siwa Purusa (Siwa Purusa Loka) yang juga disebut niratma, tepatnya di leher. Siwantara Loka berada di langit-langit. Alam Kewalya (Kewalya Loka) di dahi, Siwatma (Siwatma Loka) di antara kedua alis, Parama Kewalya (Parama Kewalya Loka) di kepala. Lalu alam Atyanta Suksma (Atyanta Suksma Loka) di rongga kepala, Nirbana Siwa (Nirbana Siwa Loka) di lobang kepala. Kemudian alam paling atas, Parama Nirbana Siwa (Parama Nirbana Siwa Loka) di ubun-ubun.  Jadi, jika lapisan-lapisan alam ini dirusak atau didesak oleh peruntukan ruang yang tidak sesuai dengan alam kodratinya, maka akan terjadi kerusakan alam, atau ketidak-stabilan alam (chaos). Sama dengan membuat manusia itu sakit, mengalami kerusakan atau tidak berfungsinya tubuh manusia seutuhnya.

Penutup
Kesimpulan :

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Kitab Bhuana Kosa merupakan naskah tertua dan tergolong dalam “tutur” atau jenis tattwa, mengenai Brahman Rahasyam (tentang Tuhan yang sangat rahasia) dan mengenai Jnana Rahasyam (Pengetahuan Rahasia)
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banten Prayascita

BANTEN PRAYASCITA om swastyastu            Isi dari postingan kali ini merupakan tugas mata kuliah Upakara yang sengaja penulis posting untuk membiasakan budaya berbagi. Siapa tahu ada di antara kita yang membutuhkan informasi tentang bagaimanakah Banten Prayascita itu. Oke, langsung saja!          Dalam masyarakat hindu bali, banten merupakan  salah satu komponen penting dalam kehidupan mereka ibaratnya masyarakat hindu menggunakan banten seperti mereka menggunakan  udara untuk bernafas. Banten memiliki arti sebagai  persembahan  serta sarana bagi umat Hindu Bali sebagai rasa bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas dasar tulus ikhlas, perwujudan cinta kasih, serta tidak lupa untuk mewujudkan rasa terima kasih atas semua anugerah yang telah di limpahkan-Nya. 2.1 Banten Prayascita           ...

Makalah Nilai-nilai Moral atau Agama dan Pendidikan dalam cerita Mahabharata

Om swastyastu Makalah nilai-nilai moral atau agama dan pendidikan dalam cerita atau kitab Mahabharta                                 BAB I                        PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Umat Hindu umumnya tidak asing lagi dengan istilah Kali Yuga. Kata Kali sendiri berasal dari Bahasa Sanskerta yang berarti keadaan yang penuh dengan pertentangan, perkelahian, percekcokan, bahkan pembunuhan yang dipicu oleh kecurigaan, ketidakadilan, kebohongan dengan kekerasan, di mana kejujuran sudah tidak ada tempatnya dan tersingkirkan. (Mertha, 2009 :1). Kali Yuga sendiri merupakan salah satu bagian dari pembagian jaman menurut Agama Hindu. Dalam susastra Purana, khususnya Brahmanda Purana dijelaskan tentang pembagian jaman yang dimaks...

TUGAS UAS TATTWA lll MAKNA FILOSOFIS SEGEHAN

TUGAS UAS TATTWA lll MAKNA FILOSOFIS SEGEHAN NAMA : I WAYAN PURNA IRAWAN NIM : 13.1.1.1.1.300 NO : 28 PRODI : PAH FAKULTAS DHARMA ACARYA IHDN DENPASAR 2015 KATA PENGANTAR Om Swastyastu Puji syukur saya sampaikan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida SangHyang Whidi Wasa, karena atas anugrah-Nya, sehingga akhirnya Tugas Makalah Tattwa ini dapat saya selesaikan. Dimana Tugas Makalah Tattwa ini dirangkum dari berbagai sumber buku/lontar dan website yang ada, tugas makalah ini  hanya untuk menambah refrensi saya tentang ajaran tattwa. Dan tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing kami agar menjadi lebih baik lagi kedepannya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Om santih santih santih Om Melaya; April 2015 PENDAHULUAN Kata segehan, berasal kata “Sega” berarti nasi (bahasa Jawa: sego). Oleh sebab itu, banten segehan ini isinya didominasi oleh nasi dalam berbagai bentuknya, lengkap beserta lauk pau...