Langsung ke konten utama

Tugas Seni Sakral

TUGAS SENI SAKRAL
SLOKA TENTANG AJARAN PANCA SRADHA DAN CATUR MARGA





NAMA : I WAYAN PURNA IRAWAN
NIM : 13.1.1.1.1.300
NO : 28


FAKULTAS DHARMA ACARYA IHDN DENPASAR 2015
I. PANCA SRADHA

A.PENGERTIAN
Secara etimologi panca sradha berasal dari bahasa sansekerta, yakni “panca” artinya lima dan “sradha” artinya keyakinan. Jadi panca sradha adalah lima pokok keimanan/keyakinan/kepercayaan dalam agama hindu.
B.PEMBAHASAN
Adapun pokok-pokok keimanan/keyakinan dalam agama hindu dapat dibagi menjadi lima bagian yang disebut Panca Sradha, yakni widhi tattwa (percaya adanya tuhan), atma tattwa (percaya adanya atman), karma tattwa (percaya adanya karma phala), punarbawa tattwa ( percaya adanya punarbhawa), dan moksa tattwa (percaya adanya moksa).
1.Whidi Tattwa (percaya adanya tuhan)
Mempunyai pengertian yakin dan percaya terhadap tuhan itu sendiri. Di dalam Weda (Bhagavad Gita) disebutkan sebagai berikut :
“Etadyonini bhutani sarvani ty upadharaya aham kritsnasya jagatah prabhavah pralayas tatha”
Ketahuilah, bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah asal  mula alam semesta ini demikian-kelaknya nanti. (Bh. G. VII.6).
2.Atma Tattwa (percaya adanya atman)
Atman adalah percikan kecil dari paramatman (Hyang Whidi/Brahman). Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman dengan badan adalah laksana kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kereta adalah badan. Demikian Atman itu menghidupi sarwa prani (makhuluk) di alam semesta ini.
“Angusthamanahtrah purusa ntaratman sada jnanam hrdaya samnivish thah hrada mnisi manasbhiklrto yaetad, viduramrtaste bhawvanti”.
Ia adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang paling kecil, yang menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikiran, mereka yang mengetahuinya menjadi abadi. (Upanisad)

“Nai ‘nam chindanti sastrani nai ‘nam dahati pavakah na chai ‘nam kledayanty apo na soshayati marutah”.
Senjata tidak dapat melukain Dia, dan api tidak dapat membakar-Nya, angin tidak dapat mengeringkan Dia, dan air tidak dapat membasahi-Nya. (Bh. G. II. 23).
3.Karma Tattwa (percaya adanya karma phala)
Ditinjau dari segi etimologinya, kata karma berasal dari kata “Kr” (Bahasa Sansekerta), yang artinya bergerak atau berbuat. Menurut Hukum sebab akibat , maka segala sebab pasti akan membuat akibat. Demikian pulalah sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan menimbulkan akibat, buah, hasil atau pahala. Hukum sebab akibat inilah yang disebut dengan karmaphala.
“Asing sagawenya dadi manusa, ya ta mingetaken de Bhatara Whidi, apan sira pinaka paracaya Bhatara ring cubhachuba karmaning janma”.
Segala (apa) yang diperbuat di dalam penjelmaan menjadi manusia , (semua) itulah yang dicatat oleh Hyang Whidi (Tuhan yang maha kuasa), karena Dia sebagai saksi  (dari) baik buruk (aml- dosa) perbuatan manusia. (Wrhaspati Tattwa 22)
4.Punarbhawa Tattwa (percaya adanya punarbhawa)
Punarbhawa berarti kelahiran yang  berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau samsara. Di dalam Weda disebutkan bahwa “Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut samsara.
“Sribhagavan uvacha, bahuni me vyatitani janmani tava cha rjuna tani aham veda sarvani na tvam vettha paramtapa”.
Sri Bhagawan (tuhan) bersabda, banyak kelahiran-Ku dimasa lalu, demikian pula kelahiranmu arjuna semuanya ini Aku tahu. Tetapi engkau sendiri tidak, Parantapa. (Bh. G. IV. 5)
“Iyam hi yonihprathama yam prapya jagatipate, atmanam cakyate tratum karmabhih cubhalaksanaih”.
Menjelma maenjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, kareana ia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia. (S.S 4)

5.Moksa Tattwa (percaya adanya moksa)
Sebagaimana tujuan agama hindu yang tersurat di dalam Weda, yakni “Moksartham jagadhitaya ca iti dharma”, maka Moksa merupakan tujuan yang tertinggi. Moksa ialah kebebasan dari keterikatan benda-benda yang bersifat duniawi dan terlepasnya Atman dari pengaruh maya serta bersatu kembali dengan sumber-Nya, yaitu Brahman (Hyang  Whidi Wasa) dan mencapai kebenaran tertinggi, mengalami kesadaran dan kebahagiaan yang kekal abadi yang disebut Sat Cit Ananda.
“Bahunam janmanam ante jnanavah mam prapadyate vasudevah sarvam iti sa mahatma sudurlabhah”.
Pada banyak akhir kelahiran manusia, orang yang berbudi (orang yang tidak lagi terikat oleh keduniawian) datang kepada-Ku, karena tahu Tuhan adalah segalanya; sungguh sukar dijumpai jiwa agung serupa itu. (Bh. G. VII. 9)
“Mam upetya punarjanma duhkhala yam asavatam na pnuvanti mahatmanah samsiddhum paramam gatah”.
Setelah sampai kepada-Ku, mereka yang berjiwa agung ini tidak lagi menjelma ke dunia yang penuh duka dan tak kekal ini dan mereka tiba pada kesempurnaan tertinggi. (Bh. G. VIII. 15)
C.KESIMPULAN
Bila dijabarkan secara etimologinya, panca dapat diartikan lima dan sradha dapat diartikan keimanan atau kepercayaan, jadi panca sradha adalah lima dasar kepercayaan atau keyakinan Agama hindu yang harus di pegang teguh dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat demi mencapai tujuan hidupnya di dunia dan sesudahnya.

II. CATUR MARGA

A.PENGERTIAN
Secara etimologi Catur Marga berasal dari dua kata yakni Catur dan Marga. Catur artinya empat dan Marga artinya jalan/cara ataupun usaha. Jadi Catur Marga adalah empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju kejalan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

B.PEMBAHASAN
Adapun bagian-bagian dari Catur marga yakni,
1.Bhakti Marga Yoga
Kata Bhakti Marga Yoga sebenarnya adalah perpaduan antara kata Bhakti Marga dan Bhakti Yoga. Kata Bhakti berarti menyalurkan atau mencurahkan, cinta yang tulus dan luhur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesetiaan kepada-Nya.
Landasan Filosofis Ajaran Bhakti, di dalam kitab suci Veda kita jumpai beberapa mantra tentang upasana atau Bhakti. Diantaranya adalah
“Arcara prarcara privamedhaso arcata, arcantu putraka utapuram no dhrsnvarcara”
Pujalah Dia sepenuh hati. Oh Cendekiawan. Pujalah Dia. Semogalah semua anak-anak ikut memuja-Nya. Teguhlah hati seperti kukuhnya candi dan batu karang untuk memuja keagungan-Nya. (Rg. Veda. VIII. 69. 8)
“Yat sanoh sanum aruhad Bhur’ aspasta katvzm, Tad indra ariham cetati yathena ejati”.
Tuhan Yang Maha Esa melindungi mereka yang bhakti, yang meningkatkan diri secara bertahap dengan berbagai aktifitas. Tuhan Yang Maha Esa akan hadir dengan berbagai kemahakuasaan-Nya untuk menganugrahkan keberuntungan.
2.Karma Marga Yoga
Kata Karma berasal dari akar kata “Kr” yang artinya melakukan kegiatan atau kerja, demikian Karma berarti aktivitas atau kegiatan untuk suatu tujuan. Di dalam garis-garis besar isi Veda kita mengetahui adanya mantra-mantra yang membahas ajaran Karma, disamping Upasana, Jnana dan Vijnana. Karma Marga berarti usaha atau jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui usaha atau tindakan (kerja) yang tulus ikhlas, demikian pula Karma Yoga mempunyai makna yang sama sebagai usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam Veda kita jumpai beberapa mantra yang menekankan pentingnya karma yang baik (Subhakarma) sebagai usaha untuk memperbaiki kualitas hidup jasmaniah dan rohaniah.
“Udyanam te purusa nava’anam, Jivatum te daksatatim krnom..”
Oh manusia, giatlah berkerja untuk kemajuan, jangan mundur, Aku anugrahkan kekuatan dan tenaga. (Atharvaveda VIII. 1.6.)
“Ut krarnatah purusa maya  pattan, Mrtvoh padvisam avamuncarnanah”
Oh manusia, naiklah, jangan turun. Semogalah engkau dapat memutuskan ikatan kematian. (Atharvaveda VIII. 1.4)
3.Jnana Marga Yoga
Kata Jnana artinya pengetahuan, Jnana Marga artinya pengetahuan, demikian pula Jnana Yoga artinya usaha menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan. Jnana Marga Yoga adalah jalan atau usaha menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, dapat mencapai kebahagiaan sejati melaui pengetahuan. Pengetahuan disini ditekankan pada pengetahuan spiritual, yakni pengetahuan yang dapat membebaskan umat manusia dari belenggu penderitaan, lahir dan kematian. Sumber Ajaran Jnana Marga Yoga, ajaran Jnana Marga Yoga adalah kitab suci Veda (Catur Veda). Dan kitab-kitab Upanisad (Vedanta) dan diantaranya:
“Satas ca yonim asatas ca vi vah”
Tuhan Yang Maha Esa merupakan asal dan segala sesuatunya baik yang nampak maupun yang tidak Nampak. (Atharvaveda IV.1.1)
“Tan Eva vidava ati mrtyum eti”
Hanya dengan mengetahui Tuhan Yang Maha Esa seseorang mencapai keselamatan dan keabadian. (Yajurveda 31.18.)
4.Raja Marga Yoga
Kata Raja berarti yang memimpin, anggota tertinggi atau yang terkemuka. Raja Marga artinya jalan yang tertinggi sedangkan Raja Marga Yoga berarti jalan atau usaha tertinggi untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa melaui jalan yoga yang tertinggi. Kalau dua jalan sebelumnya, yakni Bhakti Marga Yoga dan Karma Marga Yoga disebut “Pravrti Marga”, yakni jalan yang umum dan mudah dilaksanakan oleh umat awam pada umumnya, maka dua jalan yang lain, yakni Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga disebut “Nivrti Marga”, yang artinya jalan yang tidak umum atau bertentangan dengan dua jalan sebelumnya. Di dalam kitab suci Veda (Bhagavadgita) di jelaskan sebaga berikut:
“Raja-vidya raja-guhyam pavitram idam uttamam pratyaksavagamam dharmyam susukham kartum avyayam”
Inilah raja ilmu pengetahuan, rahasia terbesar, mulia dan tinggi, mudah dimengerti, sesuai dengan dharma, baik dan menyenangkan untuk dilaksanakan dan kekal abadi. (Bh. G. IX. 2)
“Man-mana bhava-bhakto mad-yaji mam namaskuru mam evaisyai yuktvaivam atmamam mat-parayanah”
Pusatkanlah pikiranmu pada-Ku, berbhakti kepada-Ku, bersujud kepada-Ku, sembahlah Aku dan setelah kau mengendalikan dirimu dengan Aku jadi tujuanmu tertinggi, engkau akan tiba pada-Ku. (Bh. G. IX. 34)
C.KESIMPULAN
Kesimpulannya: keempat marga itu dilaksanakan bersama-sama, namun pemilihan mana yang utama tergantung dari kemampuan individu. Inilah salah satu contoh ‘kebesaran Agama Hindu’ yang membedakannya dengan agama-agama lain yang dogmatis.

Sumber Refrensi :
Oka Netra, Anak Agung Gde, 2001. Tuntunan Dasar Agama Hindu. Surabaya. Penerbit Paramita.
Watra, I Wayan, 2007. Pengantar Filsafat Hindu (Tattwa I). Surabaya. Penerbit Paramita.
Kitab Suci Bhagavadgita. Yajurveda. Atharvaveda. Rg. Veda. Upanisad. Lontar Wrhaspati Tattwa. Sarassamuscaya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banten Prayascita

BANTEN PRAYASCITA om swastyastu            Isi dari postingan kali ini merupakan tugas mata kuliah Upakara yang sengaja penulis posting untuk membiasakan budaya berbagi. Siapa tahu ada di antara kita yang membutuhkan informasi tentang bagaimanakah Banten Prayascita itu. Oke, langsung saja!          Dalam masyarakat hindu bali, banten merupakan  salah satu komponen penting dalam kehidupan mereka ibaratnya masyarakat hindu menggunakan banten seperti mereka menggunakan  udara untuk bernafas. Banten memiliki arti sebagai  persembahan  serta sarana bagi umat Hindu Bali sebagai rasa bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas dasar tulus ikhlas, perwujudan cinta kasih, serta tidak lupa untuk mewujudkan rasa terima kasih atas semua anugerah yang telah di limpahkan-Nya. 2.1 Banten Prayascita           ...

Makalah Nilai-nilai Moral atau Agama dan Pendidikan dalam cerita Mahabharata

Om swastyastu Makalah nilai-nilai moral atau agama dan pendidikan dalam cerita atau kitab Mahabharta                                 BAB I                        PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Umat Hindu umumnya tidak asing lagi dengan istilah Kali Yuga. Kata Kali sendiri berasal dari Bahasa Sanskerta yang berarti keadaan yang penuh dengan pertentangan, perkelahian, percekcokan, bahkan pembunuhan yang dipicu oleh kecurigaan, ketidakadilan, kebohongan dengan kekerasan, di mana kejujuran sudah tidak ada tempatnya dan tersingkirkan. (Mertha, 2009 :1). Kali Yuga sendiri merupakan salah satu bagian dari pembagian jaman menurut Agama Hindu. Dalam susastra Purana, khususnya Brahmanda Purana dijelaskan tentang pembagian jaman yang dimaks...

TUGAS UAS TATTWA lll MAKNA FILOSOFIS SEGEHAN

TUGAS UAS TATTWA lll MAKNA FILOSOFIS SEGEHAN NAMA : I WAYAN PURNA IRAWAN NIM : 13.1.1.1.1.300 NO : 28 PRODI : PAH FAKULTAS DHARMA ACARYA IHDN DENPASAR 2015 KATA PENGANTAR Om Swastyastu Puji syukur saya sampaikan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida SangHyang Whidi Wasa, karena atas anugrah-Nya, sehingga akhirnya Tugas Makalah Tattwa ini dapat saya selesaikan. Dimana Tugas Makalah Tattwa ini dirangkum dari berbagai sumber buku/lontar dan website yang ada, tugas makalah ini  hanya untuk menambah refrensi saya tentang ajaran tattwa. Dan tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing kami agar menjadi lebih baik lagi kedepannya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Om santih santih santih Om Melaya; April 2015 PENDAHULUAN Kata segehan, berasal kata “Sega” berarti nasi (bahasa Jawa: sego). Oleh sebab itu, banten segehan ini isinya didominasi oleh nasi dalam berbagai bentuknya, lengkap beserta lauk pau...